top of page

Sinopsis : Biografi Aisyah, Sang Ummul Mu’minin

  • Diana Agustin
  • Mar 26, 2018
  • 6 min read

Identitas Buku

Judul : Biografi Aisyah, Sang Ummul Mu’minin

Nama Pengarang : Mumtaz Moin

Nama Penerbit : Mitra Buku

Tempat dan Tahun Terbit : Yogyakarta, 2013

Cetakan : Edisi Pertama

Tebal Buku : 140 × 200 mm

Biografi Aisyah

Masa Kanak-kanak dan Perkawinan

Setelah kematian Khadijah pada tahun kesepuluh kenabian (619 M) menyebabkan Nabi sangat sedih dan kesepiannya pasti mempengaruhi para Sahabat, yang sangat setia kepada dia. Maka, Khaulah binti Hakim, istri Utsman bin Makzun (meninggal 2 H), seorang sahabiyah terkemuka Nabi dan salah seorang yanh awal masuk Islam, menyarankan Nabi agar menikah lagi. Khaulah menyarankan untuk menikah dengan Saudah binti Zam’ah dan Aisyah putri Abu Bakar. Dan kemudian Nabi menyetujuinya.

Pernikahan Nabi dan Aisyah dilangsungkan pada bulan Syawal tahun ke-10 kenabian dan Aisyah dibawa ke rumah Nabi pada bulan Syawal pada 1 H atau menurut beberapa penulis 2 H. Ketika dinikahkan dengan Nabi usia Aisyah enam atau tujuh tahun dan ketika dibawa ke rumah Nabi berusia sembilan tahun atau tiga tahun setelah pernikahan (menurut para penulis Muslim abad pertengahan). Namun menurut sebagia ahli lima belas tahun pada saat dibawa ke rumah Nabi. Dan menurut sejarawan modern Aisyah berusia 14 tahun. Namun berdasarkan hadist yg diberikan oleh Ibnu Saad, yang menyatakan dia berusia 9 tahun pada saat nikah.

Bimbingan Nabi

Setelah perkawinannya, ketika Aisyah datang ke rumah Nabi, dia punya kesempatan yang sangat besar untuk belajar tentang Islam dan memperoleh pengalaman dan pengetahuan melalui hubunban yang terus menerus dengan Rasulullah. Nabi menjelaskan kepada istrinya tentang ati pentjng amal baik dan perilaku mulia seperti memenuhi kebutuhan orang miskin dan bermurah hati, disamping aturan-aturan berkenaan dengan kewajibandan ketaatan agama. Aisyah sering mengikuti cara dan tindakan Rasulullah khususnya yang berkenaan dengan sholat, puasa dan lain-lain. Aspek lain dari kepribadian Aisyah yang luar biasa yang tumbuh dan berkembang dibawah bimbingan dan asuhan suaminya ialah keshalihannya dan kedzuhudannya terhadap kekayaan dan kesenangan dunia.

Desas-desus

Ekspedisi ke Muryasi’

Ketika pasukan islam memulai perjalanan pulang dan ketika malam tiba mereka berkemah di sebuah tempat tidak jauh dari madinah. Aisyah pergi daritendanya untuk buang hajat. Ketika dia pulang ke tendanya dia mendapati kalungnya, buatan Yaman yang dia pinjam dari saudara perempuannya Asma, jatuh. Dia bergegas kembali ke tempat buang hajat untuk mencarinya dan setelah menemukan kalung itu tergeletak di sana dia memungutnya dan kembali ke lokasi kemah.

Betapa kecewanya dia karena rombongan pasukan sudah pergi. Aisyah sangat bingung, namun karena dia tidak punya pilihan, dia memutuskan untuk menunggu di sana sambil menduga bahwa orang-orang akan datang untuk menjemputnya ketika mereka menemukan bahwa dirinya tidak berada dalam sekedup.

Pagi harinya Safwan bin Muattal yang biasa berjalan paling belakang untuk mengambil barang-barang yang mungkin tertinggal, datang dan mengenali Aisyah yang pernah dia lihat sebelum turunnya ayat purdah. Aisyah naik ke punggung unta dan duduk. Safwan memegang kendali unta dan menuntunnya ke arah lokasi kemah pasukan Muslim berikutnya. Setibanya Aisyah di lokasi kemah, orang-orang munafik khususnya Abdullah bin Ubay menyebarkan desas desus yang menuduh istri nabi itutelah berbuat dosa. Tuduhan itu segera menyebar dikalangan tentara dan bahkan sebagian Muslim yang paling mukhlis pun termakan oleh tuduhan itu dan menerimanya sebagai kebenaran.

Nabi pun merasa cemas akan hal ini. Hingga Aisyah sakit dan Nabi bersikap berbeda, kemudian Aisyah datang kepada orang tua nya untuk mendapatkan perawatan selama dia sakit. Kemudian Allah menegaskan kesucian Aisyah melalui wahyu kepada Nabi.

Ila’ dan Takhyir

Pada tahun ke-9 hijrah, Nabi memutuskan untuk menyendiri dan menjauhi istri-istrinya. Ini dikenal sebagai ila dan merupakan kejadian penting, berkaitan dengan kehidupan rumah tangganya. Hal ini terjsadi ketika para istri Nabi menuntut untuk diberikan harta dan uang belanja yg lebih sebagaimana Nabi memberikan harta kepada kaum Muslim lainnya. Akan tetapi Nabi hanya ingin menegaskan kepada istri-istrinya untuk hidup sederhana. Dengan begitu Nabi merasa sedih karena dia hanya ingin membuat istri-istrinya bahagia. Setelah menjauhi istri-istrinya selama satu bulan kemudian Nabi keluar dari biliknyabyg tidak jauh dari bilik Aisyah, menuju bilik Aisyah. Aisyah merasa bahagia. Pada kesempatan inulah ayat Al-Quran, yang lazim dikenal sebagai Ayat Takhyir, turun. Berdasarkan ayat ini, Nabi diperintahkan untuk memberitahu istri-istri nya bahwa mereka punya kesempatan untuk memilih antara kemewahan dan kenyamanan hidup di dunia atau kebahagiaan dalam kehidupan setelah mati yang hanya dicapai dengan hidup sederhana dan miskin seperti suami mereka. Jika memilih yang pertama, mereka dengan hormat dipersilakan untuk pergi dari rumah Nabi.

Aisyah Menjadi Janda

Kira-kira pada akhir bulan Safar 11 H / Mei 632 Nabi jatuh sakit, gejala pertamanya adalah sakit kepala. Dia telah memberi isyarat tentang kematiannya kepada pelayannya Abu Muwaihabah, yang dia ajak untuk ikut ketika suatu malam dia mengunjungi kuburan Baqi.

Ketika hari wafatnya Nabi, Nabi merasa sedikt membaik dan melaksanakan sholat shubuh berjamaah yang diimami oleh Abu Bakar. Ketika Nabi kembali kerumah Aisyah dia merasa letih dan lemah dan berbaring diatas bantal. Aisyah mengangkat kepalanya dari bantal dan membaringkannya dengan lembut di pangkuannya. Dan di pangkuan Aisyah Nabi menghembuskan nafas terakhirnya.

Pembunuh Khalifah Utsman 18 Dzulhijah 35 H / 656 M

Ustman dibunuh oleh para pemberontak. Para pemeberontak mengepung rumah Ustman, tetapi dia tidak mengijinkan para pendukungnya ikut terlibat. Para pemberontak bertekad untuk melangkah lebih ekstrem, membakar gerbang rumah dan masuk ke dalamnya melalui atap rumah tetangga. Muhammad bin Abu Bakar merenggut janggut Khalifah tua itu, yang lalu memngingatkan dia bahwa ayahnya tidak akan berperilaku seperti itu. Seorang pemberontak lain yang kejam, Al-Ghagiqi, disebut-sebut menginjak Al-Quran yang sedang dibaca Khalifah pada waktu itu. Kemudian sebagian dari mereka menginjaknya dan membunuhnya.

Peristiwa pembunuhan ini terjadi karena adanya pemberontakan terhadap sistem kekhalifahan Ustman.

Perang Jamal

Dalam pertempuran Ali melihat Zubair, dia mengatakan kepada Zubair apakah dia ingat Nabi pernah berkata kepadanya bahwa dia suatu hari akan berperang dengan Ali karena sesuagu yang tidak benar. Zubair ingat kejadian itu dan seketika mundur dari pertempuran. Seorang Sabai, Amr Bin Jarmuz, mengikuti dia dan ketika mendapat kesempatan dia membunuh Zubair, jauh dari medan pertempuran, ketika Zubair sedang sholat di sebuah tempat yang sunyi. Jarmuz membawa kepala yang telah dipenggal dan pedang Zubair kepada Ali. Khalifah Ali memarahi Jarmuz, dan mengatakan kepadanya dia akan dilempar ke dalam neraka.

Setelah Zubair mundur, Thalhah juga memutuskan untuk meninggalkan perang. Aisyah kini tinggal sendirian memimpin pasukan pendukungnya. Dia tetap duduk di atas untanya dan berseru dari dalam tandu, ‘bunuhlah para pembunuh Utsman’. Pertempuran yang baru yang panjang dan kejam berlangsung di sekitar unta Aisyah. Satu per satu, pafa pejuang yang berani maju untuk merebut bendera di pihaknya, dan satu per satu mereka mati.

Jumlah korban dari kedua belah pihak hampir sama. Setelah beberapa hari Ali meminta Muhammad bin Abu Bakar untuk mengatur kepulangan Aisyah ke Mandinah dan membolehkan semua yang ingin mendampinginya untuk melakukan hal itu. Untuk mengucapkan salam perpisahan Ali secara pribadi menemui Aisyah, dia keluar dan berpidato di depan orang-orang yang berkumpul di sana: ‘wahai anak-anakku, kita tidak boleh marah satu sama lain, konflik antara ali dan diriku adalah perbedaan yang lazim terjadi antara anak menantu dan ibu mertua. Tak diragukan lagi Ali adalah orang yang mulia.’ Mendengar kata-kata ini Ali berkata ‘apa yang dikatakan Ummul Mukminin ini benar sekali. Demi Allah pertikaian kami adalah sesuatu yang wajar (mengulangi kata-kata Aisyah). Demu Allah dia adalah istri Nabi kita di dunia ini dan juga di akhirat.’

Aisyah meninggalkan Basrah pada malam datangnya bulan Rajab 36 H / Desember 656. Ali menyertai rombongan selama beberapa mil. Sebelum kembali ke Basrah dia memerintahkan anak-anakna untuk menyertai Aisyah sampai jarak satu hari per jalanan. Setelah menjalankan Umrah di Mekkah, Aisyah kembali ke Madinah tempat dia tinggal dan hidup tenang sampai wafatnya.

Kontribusi, Pada Perkembangan Hukum Islam

Setelah Perang Jamal, Aisyah menghabiskan dua puluh tahun sisa hidupnya dalam kehidupan yang tenang. Dia mencurahkan seluruh waktu dan tenaganya untuk mendidik umat dalam ajaran Islam dengan meriwayatkan hadist-hadist Nabi, menjawab pertanyaan para tokoh agama dan masyarkat dan memberitahu mereka mengenai tindakan dan gerakan Nabi dalam kejadian-kejadian tertentu.

Minat besar Aisyah untuk belajar Al-Quran bisa dipahami. Dia adalah saksi-mata bagi sejumlah wahyu dan karena itu punya gambaran yang jelas tentang keadaan dimana ayat itu turun. Ini membantu dia untuk menafsirkan ayat-ayatnya.

Kemampuan Aisyah untuk menjelaskan dan mengomentari hadits-hadits nabi dapat dipahami. Dalam hubungan ini kita harus ingat bukan hanya posisinya sebagai istri Nabi tetapi juga fakta bahwa rumahnya bergandengan dengan Masjid Nabi tempat Nabi mengajarkan Islam kepada para pengikutnya. Ini membuat Aisyah memiliki banyak kesempatan mendengarkan pembicaraan suaminya. Terlebih lagi, ketika Nabi tinggal di rumah Aisyah dia memperhatikan perilaku dan gerakan suaminya secara detail dan sering menanyakan hal-hal yang belum dia pahami. Karena itu tidak mengejutkan bahwa dia dapat mengingat dalam memorinya banyak sekali hadits.

Peran Aisyah sebagai pendidik dan pembaharu. Dia dianggap sebagai salah seorang sahabat terkemuka yang telah mencurahkan diri pada tugas penting mendidik dan membimbing umat selama periode awal ketika hadits-hadits Nabi dan detail-detail kehidupannya dikodifikasi dan ditulis.

Kepribadian dan Status

Aisyah menempati posisi paling menonjol di antara wanita-wanita yang terkemuka. Keberanian sikapnya ialah cara dia memarahi Muawiyah yang membunuh Sahabat yang dihormati, Hujr bin Adi.

Sejak awal Aisyah tertarik untuk menambah ilmu tentang islam dan menyampaikan apa yang dia ketahui tentang Islam kepada orang lain. Ini menjelaskan banyaknya hadits yang diriwayatkan olehnya. Aisyah memiliki mushaf Al-Quran yang ditulis untuknya oleh salah seorang budaknya, Abu Yunus.

Yang penting ialah fakta bahwa sebagian Sahabat senior, berkondsultasi kepadanya, khususnya dalam masalah yang berhubungan dengan hukum warisan (faraid). Bahkan dalam masalah-masalah teknis yang kecil dia memperingatkan orang tentang kesalahan mereka.

Karena banyaknya riwayat hadits darinya dan penafsirannya yg cerdas atas ayat-ayat Al-Quran dan hadists-hadits Nabi Aisyah diterima oleh para ulama terkemuka sebagau seorang fakih besar, juga alim yang besar. Karena kesalihannya dan kuakitas otak dan hatunya yang dianggap sebaik-baiknya manusia.

Jasa Aisyah bagi Islam menyebabkan dia mendapatkan posisi terkemuka dalam lembaran sejarah dan terkenal sebagai pemimpin wanuta besar.

Kelebihan Buku

  1. Isi dari buku sangat bermanfaat sebagai teladan.

  2. Banyak kisah inspiratif mengenai sejarah Islam, terutama yang berkaitan dengan kehidupan Aisyah.

  3. Dapat menambah ilmu dan mengetahui perjuangan pada masa kekhalifahan.

Kekurangan Buku

  1. Bahasa yang digunakan masih terdapat kata yg kurang efektif.

  2. Tidak menyajikan arti kata dan hanya menampilkan kutipan sumber, sehingga mengharuskan pembaca mencari kembali yg seharusnya segera diketahui untuk menambah kekhidmatan membaca.

Buku ini cocok dibaca untuk Muslimah, agar menjadi muslimah yang cerdas dan terus berjuang dalam Agama Islam. Banyak kepribadian yang dapat diteladani dari Aisyah.

Jenis Buku: Biografi


DENGAN UKHUWAH KITA MELANGKAH

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey YouTube Icon
  • Grey Instagram Icon

© 2017 by Divisi Penerbitan Rohis STIS

Dengan Media Kita Berdakwah

bottom of page