top of page

ORIENTASI LUPA

  • Cindira Oktari Rangkuti (Redaksi)
  • Sep 6, 2017
  • 2 min read


Sayup-sayup aku mendengar orang berbicara di luar sana yang cukup mengganggu tidur indahku. Entah apa yang orang-orang itu bincangkan di saat jam di atas nakasku masih menunjukkan pukul tiga dini hari. Dengan enggan aku bangun dari tempat ternyaman di ruangan yang tak terlalu besar ini.


Aku menatap bayanganku di cermin berbingkai emas itu. Seragam hitam-putih ini cukup menjelaskan identitasku sekarang. Perkenalkan, aku mahasiswa baru. Mahasiswa baru sebuah Perguruan Tinggi Kedinasan di negeri Indonesia tercinta. Mahasiswa baru yang baru beberapa hari mengintip indahnya langit ibukota dari jendela kecil di pagi hari. Mahasiswa baru yang baru saja melewati masa orientasi. Masa orientasi itu mengajarkanku satu hal baru. Lupa. Bagi kebanyakan orang, lupa bukanlah hal baru melainkan hal yang lumrah sebagai makhluk hidup yang memiliki akal dan pikiran.


Kebanyakan orang, khususnya mahasiswa baru, tingkat kehati-hatiannya akan meningkat di hari pertama ospek, atau di sini dinamakan MP2K. Hal itu juga terjadi padaku.


Hari pertama ospek.

Jalan pagi itu tak terlalu ramai. Beberapa mahasiswa baru berjalan beriringan di depan ataupun di belakangku. Wajah mereka tak menggambarkan kegembiraan ataupun kesedihan, tetapi lebih kepada cemas dan gugup. Situasi seperti apa yang akan kami temui nanti. Aku sudah berada di depan kampus dengan atribut-atribut khas ospek di tangan kananku. Aku melupakan sesuatu. Alas duduk. Jam yang melingkar di pergelangan tanganku menunjukkan masih tersisa tiga puluh menit sebelum upacara pembukaan. Aku memutuskan untuk mengambil alas duduk itu. Bulir-bulir keringat di keningku cukup menjadi bukti seberapa lelahnya diriku saat ini.


Hari kedua ospek

Hari pertama berjalan cukup lancar menurutku. Hujan menyetujui. Cairan beningnya ikut meruntuhkan sedikit penat yang bergelayut di tubuh. Aku merebahkan tubuh lelahku sejenak begitu selesai menyelesaikan kewajibanku sebagai seorang muslim. Tak selang berapa lama, lelah merenggut kesadaranku dan mendayung ke lautan mimpi. Aku terbangun pukul dua malam. Tugas langsung menyita pikiran begitu membuka mata di cahaya yang temaram. Terlalu lelah hingga melupakan tugas yang seharusnya aku kerjakan. Dengan tergesa-gesa aku mulai mengerjakan tugas secepat mungkin. Aku tak mungkin terlambat di hari kedua ospek.

Aku menelpon orangtuaku begitu selesai ospek. Aku menceritakan hal yang terjadi kepadaku selama dua hari ini. Ibu mewanti-wanti untuk menyegerakan apapun yang menurutku penting. Jangan menunda-nunda apapun demi kebaikan. Aku mendengarkan begitu ia memberiku beberapaku nasehat menjalani kuliahku. Setelahnya tak ada hal yang menggangguku selama ospek. Semuanya berjalan lancar.

DENGAN UKHUWAH KITA MELANGKAH

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey YouTube Icon
  • Grey Instagram Icon

© 2017 by Divisi Penerbitan Rohis STIS

Dengan Media Kita Berdakwah

bottom of page