top of page

MAKNA IDUL FITRI

  • Muhammad Alfandy (Kiriman Pembaca)
  • Jun 19, 2017
  • 3 min read

Fajar 1 Syawal 1437 H / 2017 M sebentar lagi akan tiba. Bersama-sama umat Islam akan mengumandangkan takbir, tasbih, dan tahlil. Hari raya Idul Fitri adalah merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa.

Kata Id berdasar dari akar kata aada – yauudu yang artinya kembali ke asal. Bukan sekedar kembali, karena kembali dalam bahasa Arab ada banyak. Seperti misalnya seorang perantau dari Sumatera, menjelang idul fitri ia mudik ke kampung halamannya, mudik sendiri dalam bahasa Arabnya adalah ied. Mudik yang paling hakiki adalah kembali kepada Allah, mudik yang butuh persiapan yang banyak. Mudik atau pulang adalah kalimat yang menyenangkan. Jika seorang anak murid memiliki guru Matematika yang kejam terkenal suka menghukum, maka ketika diberitahukan guru tersebut berhalangan hadir dan siswa diperbolehkan pulang, tidak main bahagianya mereka. Besok kita pulang menghadap Allah...senang tidak?

Innallaha la yuhliful mi'ad

Artinya:

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tidak ada keraguan padanya."

Kita akan dikumpulkan seluruhnya, ke tempat mudik kita yang disebut ma’ad. Lalu kenapa masih santai kalau kita akan pulang ke Allah, bagaimana bekalmu?

Allah berjanji setiap kita akan mudik. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS 3 Ali 'Imron ayat 9)

Adapun fitri bisa berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari aftharo – yufthiru) dan berdasar hadis Rasulullah SAW yang artinya :”Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW. Pergi (untuk shalat) pada hari raya Idul Fitritanpa makan beberapa kurma sebelumnya." Dalam Riwayat lain: "Nabi SAW. Makan kurma dalam jumlah ganjil." (HR Bukhari).

Perlu diberi garis sangat tebal dengan warna mencolok, bahwa fitri TIDAK sama dengan fitrah. Fitri dan fitrah adalah dua kata yang berbeda. Beda arti dan penggunaannya. Namun, mengingat cara pengucapannya yang hampir sama, banyak masyarakat indonesia menyangka bahwa itu dua kata yang sama.

Fitrah adalah keadaan suci tanpa dosa dan kesalahan.

Dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا تزال أمَّتي على سُنَّتي ما لم تنتظر بفطرها النّجوم

“Umatku akan senantiasa berada di atas sunahku, selama mereka tidak menunggu waktu berbuka dengan terbitnya bintang.” (HR. Ibn Khuzaimah dalam Shahihnya 3/275, dan sanadnya shahih).

Kata Al-Fithr pada hadis di atas maknanya adalah berbuka, bukan suci. Makna hadis ini menjadi aneh, jika kata Al-Fithr kita artikan suci.

“Umatku akan senantiasa berada di atas sunahku, selama mereka tidak menunggu waktu berSUCI dengan terbitnya bintang”.

Dan tentu saja, ini keluar dari konteks hadis.

Dengan demikian, makna Idul Fitri berdasarkan uraian di atas adalah hari raya dimana umat Islam untuk kembali berbuka atau makan. Oleh karena itulah salah satu sunah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri adalah makan atau minum walaupun sedikit. Hal ini untuk menunjukkan bahwa hari raya Idul Fitri 1 syawal itu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.

Paradigma yang mengakar di masyarakat adalah idul fitri berarti kembali suci, padahal arti katanya tidak demikian. Idul itri sekaligus menunjukkan pesan ada orang-orang yang selesai ramadhan kembali ke kebiasaan semula, ada yang pindah makan saja. Tidak ada perubahan dalam dirinya. Abdullah bin Mas’ud r.a mengatakan ada orang-orang yang numpang tidak maksiat di Ramadhan. Begitulah, idul fitri artinya hari ketika orang-orang berbuka. Belum ada penjelasan ulama tentang arti dari idul fitri adalah kembali fitri, kembali kepada kesucian. Yang benar adalah kembali berbuka, kembali makan, kembali sarapan karena Allah SWT.

Yang semestinya harus kita lakukan dalam menyikapi makna hari raya idul fitri adalah selalu berdoa, sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Nabi Saw. Mereka saling mendoakan atau mengucapkan kalimat "Taqobalallahu minna waminka (waminkum), waja'alana minal 'aidin wal faizin”, yang artinya “Semoga Allah menerima amaliyah ramadhan saya dan ramadhan anda atau kalian, dengan demikian kita akan menjadi orang yang kembali (kepada agama) dan orang yang berbahagia karena telah memperoleh kemenangan.'' Minal aidin wal faidzin, kalimat yang diartikan sebagai permintaan maaf disini pun sering tak luput dari kesalahan penggunaan. Arti sebenarnya adalah kembali kepada allah, sukses, diterima doanya, bukan artinya mohon maaf lahir dan batin. Minta maaf tidak harus menunggu lebaran, kalau salah semestinya langsung meminta maaf.

Semoga amalan-amalan kita di bulan Ramadhan dan di luar Ramadhan di terima oleh Allah Swt. Dan jangan merasa dirisudah sempurna, agar terhindar dari sifat sombong, ujub, riya' atau penyakit hati lainnya. Yang utama adalah tetap menjaga hati dalam keikhlasan dan kesabaran, tetap istiqomah di dalam ketaatan. Semoga kita dapat menjaga fitrah Allah untuk kesucian hati kita di dalam ridhoNya. Aamiin ya Robbal'aalamiin.

Sumber : https://konsultasisyariah.com/19817-istilah-salah-terkait-idul-fitri-bagian-02.html

DENGAN UKHUWAH KITA MELANGKAH

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey YouTube Icon
  • Grey Instagram Icon

© 2017 by Divisi Penerbitan Rohis STIS

Dengan Media Kita Berdakwah

bottom of page